Pages

13 Jan 2014

Jangan Seperti Burung Beo

Punten kang Jamil Azzaini, saya mengambil sedikit ceritanya tentang burung beo-nya :)

================

sumber: google

Pernahkah anda mendengar dongeng tentang asal usul mengapa beo selalu menirukan suara?

Dahulu kala, sebelum ada manusia, hewan-hewan berbicara dengan bahasa yang saat ini menjadi bahasa manusia. Lalu pada suatu hari, Sang Pencipta akan menciptakan manusia. Sang Pencipta lalu mengutus Peri Penjaga Hutan untuk memberikan hal tersebut kepada para hewan. Isi pemberitahuan nya adalah para penghuni hutan tidak boleh lagi berbicara dengan menggunakan bahasa yang selama ini mereka gunakan.

Sebagai pengganti, mereka diizinkan untuk menciptakan bahasa mereka masing-masing dalam waktu seminggu. Maka, pulanglah penduduk hutan ke tempat masing-masing. Mereka mulai berpikir keras untuk mencari suara yang gagah dan cocok untuk mereka masing-masing.

Hari demi hari, penduduk hutan sibuk mencari suara yang nantinya akan mereka pakai. Singa yang telah dinobatkan sebagai raja hutan,lebih dahulu memilih suara mengaum. “Aooumm!!!” katanya dengan gagah. Penduduk hutan yang lain senang mendengarnya, mereka merasa suara itu pas dengan bentuk tubuh singa yang gagah.

Tapi, tidak semua hewan senang mendengarnya, burung beo yang usil malah menertawakan suara itu, “hahaha…mirip orang sakit gigi,” kata beo sambil tertawa terbahak-bahak. Singa sangat malu mendengarnya. Semua suara binatang yang ada selalu dikomentari dan dihina oleh beo. Beo hanya menjadi komentator dan menertawakan semua suara hewan.

Tidak terasa sudah satu minggu, penduduk hutan berkumpul kembali
untuk mengumumkan suara yang mereka pilih. Peri Penjaga Hutan memanggil mereka satu persatu. Di antara semuanya, hanya beo yang masih tertawa-tawa. Ia pikir semua temannya bodoh karena suara yang mereka pilih lucu-lucu.

Tibalah giliran beo yang akan mengumumkan suara barunya. Ia maju ke depan, “mbeeekk!” jeritnya. “Hei itu suaraku!!” kata kambing. Yang lain pun tertawa. Beo tertegun, ia baru tersadar, selama ini ia terlalu sibuk mengejek teman-temannya sehingga lupa mencari suaranya sendiri.

Semua suara yang dikeluarkan beo ternyata sudah menjadi milik binatang lain. Akhirnya, ia pun menangis tersedu-sedu. Dengan tersenyum, Peri Penjaga Hutan berkata, “Sudahlah, kamu akan tetap kuberi sebuah suara. Tapi sebagai pelajaran, kau akan tetap menirukan suara orang, sehingga kau akan ditertawakan selama-lamanya.”


==============================


Selama ini mungkin banyak dari kita yang memilih menjadi penonton bagi kehidupan orang lain, sibuk mengomentari atau bahkan mencela apa yang dilakukan oleh orang lain. Padahal di saat yang sama, kita sendiri telah melupakan apa yang seharusnya kita lakukan, yaitu menjalani peran sebagai seorang pemain untuk kehidupan kita sendiri.

Just keep focus on your target, on your finish line.



Regards,
Tasya 

0 comments:

Post a Comment